Sejarah fotografi bermula jauh sebelum
Masehi. Dalam buku The History of Photography karya Alma Davenport,
terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad
ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah
gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole),
maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang
secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari
fenomena camera obscura.
Beberapa abad kemudian, banyak orang
yang menyadari serta mengagumi fenomena ini, beberapa diantaranya yaitu
Aristoteles pada abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al
Hazen) pada abad ke-10 SM. Ditahun 1572, karyanya diterjemahkan
kedalam bahasa latin dengan judul opticae thesaurus.
Pada tahun 1558, seorang ilmuwan
italia, giambattista della porta menyebut “camera obscura” pada sebuah kotak
yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar (bachtiar: 10).
Ada awal abad ke-17 seorang ilmuwan berkebangsaan Italia
bernama Angelo Sala menemukan, bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya,
warnanya akan berubah menjadi hitam. Demikian pula Professor anatomi
berkebangsaan Jerman, Johan Heinrich Schulse, pada 1712 melakukan percobaan dan
membuktikan bahwa menghitamkan pelat chloride perak yang disebabkan oleh cahaya
dan bukan oleh panas merupakan sebuah fenomena yang telah diketahui sejak abad
ke-16 bahkan mungkin lebih awal lagi. Ia mendemonstrasikan fakta tersebut
dengan menggunakan cahaya matahari untuk merekam serangkaian kata pada pelat
chloride perak; sayang ia gagal mempertahankan gambar secara permanent.
Kemudian sekitar tahun 1800, Thomas
Wedgwood, bereksperimen merekam gambar positif dari citra pada camera obscura
berlensa, tapi hasilnya sangat mengecewakan.
Akhirnya ia berkonsentrasi sebagaimana juga Schulse, membuat gambar negatif dengan
cahaya matahari, pada kulit atau kertas putih yang telah disaputi komponen
perak.
Akhirnya, pada tahun 1824, seorang seniman lithography
Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed
pemandangan dari jendela kamarnya, melalui proses yang disebutnya
Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang
dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur, berhasil pula
mempertahankan gambar secara permanent. Kemudian ia pun mencoba menggunakan
kamera obscura berlensa, proses yang disebut ”heliogravure” pada tahun 1826
inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini
disimpan di University of Texas di Austin, AS.
Merasa
kurang puas, tahun 1827 Niepce mendatangi desainer panggung opera yang juga
pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) untuk mengajaknya
berkolaborasi. Dan jauh sebelum eksperimen Niepce dan Daguerre berhasil,
mereka pernah meramalkan bahwa: “fotografi akan menjadi seni termuda yang
dilahirkan zaman.”
Sayang, sebelum menunjukkan hasil yang optimal, Niepce
meninggal dunia. Baru pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan sebagai
orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya: sebuah gambar
permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang
disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercuri
(neon). Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat
dicuci larutan garam dapur dan asir suling.
Fotografi mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan lalu
terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang
sedang gencar-gencarnya. Pada tahun 1839 yang dicanangkan
sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara
resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua
dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.
Januari 1839, penemu fotografi dengan menggunakan proses
kimia pada pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin
mematenkan temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis, dengan dilandasi
berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke
seluruh dunia secara cuma-cuma. Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu
menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya
kerja yang harus dilakukan.
Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat.
Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 22), arsitek utama dunia fotografi modern
adalah seorang pengusaha, yaitu George Eastman. Melalui perusahaannya yang
bernama Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan fotografi dengan
menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis, sejalan
dengan perkembangan dalam dunia fotografi melalui perbaikan lensa, shutter,
film dan kertas foto.
Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan
pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada tahun yang
sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON.
Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land.
Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan
pencetakan film.
- 1822 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto Heliografi
yang pertama dengan subyek Paus Pius VII, menggunakan proses heliografik. Salah satu foto yang bertahan
hingga sekarang dibuat pada tahun 1825.
- 1826 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto pemandangan yang
pertama, yang dibuat dengan pajanan selama 8 jam.
- 1835 – William Henry
Fox Talbot
menemukan proses fotografi yang baru.
- 1839 – Louis Daguerre mematenkan daguerreotype.
- 1839 – William Henry
Fox Talbot
menemukan proses positif/negatif yang disebut Tabotype.
- 1839 – John Herschel
menemukan film negatif dengan larutan Sodium thiosulfate/hyposulfite
of soda yang disebut hypo atau fixer.
- 1851 – Frederick Scott Archer memperkenalkan proses koloid.
- 1854 – André Adolphe Eugène Disdéri memperkenalkan rotating
camera yang dapat merekam 8 citra berbeda dalam satu film. Setelah
hasilnya dicetak di atas kertas albumen, citra tersebut dipotong menjadi 8
bagian terpisah dan direkatkan pada lembaran kartu. Kartu ini menjadi
inspirasi penyebutan (fr:carte de visite, bahasa Inggris:visiting card)
- 1861 – Foto berwarna yang
pertama diperkenalkan James Clerk
Maxwell.
- 1868 – Louis Ducos du Hauron mematenkan metode subtractive color photography.
- 1871 – Richard Maddox
menemukan film fotografis
dari emulsi gelatin.
- 1876 – F. Hurter & V. C.
Driffield memulai evaluasi sistematis pada kepekaan emulsi fotografis yang
kemudian dikenal dengan istilah sensitometri.
- 1878 – Eadweard Muybridge membuat sebuah foto high-speed photographic dari seekor kuda yang
berlari.
- 1887 – Film Seluloid yang pertama diperkenalkan.
- 1888 – Kodak memasarkan box camera n°1, kamera easy-to-use
yang pertama.
- 1887 – Gabriel
Lippmann
menemukan reproduksi warna pada foto.
- 1891 – Thomas Alva
Edison
mematenkan kamera kinetoskopis (motion pictures).
- 1895 – Auguste and Louis Lumière menemukan cinématographe.
- 1898 – Kodak memperkenalkan
produk kamera folding
Pocket Kodak.
- 1900 – Kodak memperkenalkan
produk kamera Brownie.
- 1901 – Kodak memperkenalkan 120 film.
- 1902 – Arthur Korn
membuat teknologi phototelegraphy;; yang mengubah citra menjadi sinyal
yang dapat ditransmisikan melalui kabel. Wire-Photos digunakan luas
di daratan Eropa pada tahun 1910 dan transmisi
antarbenua dimulai sejak 1922.
- 1907 – Autochrome Lumière merupakan pemasaran proses
fotografi berwarna yang pertama.
- 1912 – Vest Pocket Kodak
menggunakan 127 film.
- 1913 – Kinemacolor,
sebuah sistem "natural color" untuk penayangan komersial,
ditemukan.
- 1914 – Kodak memperkenalkan
sistem autographic film.
- 1920s – Yasujiro Niwa
menemukan peralatan untuk transmisi phototelegraphic melalui gelombang radio.
- 1923 – Doc Harold Edgerton
menemukan xenon flash lamp dan strobe photography.
- 1925 – Leica
memperkenalkan format film 35mm pada still photography.
- 1932 – Tayangan berwarna
pertama dari Technicolor
bertajuk Flowers and Trees dibuat oleh Disney.
- 1934 – Kartrid film 135
diperkenalkan, membuat kamera 35mm mudah digunakan.
- 1936 – IHAGEE membuat Ihagee
Kine Exakta
1. Kamera SLR 35mm yang pertama.
- 1936 – Kodachrome
mengembangkan multi-layered reversal color film yang pertama.
- 1937 – Agfacolor-Neu
mengembangkan reversal color film.
- 1939 – Agfacolor
membuat "print" film modern yang pertama dengan materi
warna positif/negatif.
- 1939 – View-Master
memperkenalkan kamera stereo viewer.
- 1942 – Kodacolor
memasarkan "print" film Kodak yang pertama.
- 1947 – Dennis Gabor menemukan holography.
- 1947 – Harold Edgerton
mengembangkan rapatronic camera untuk pemerintah Amerika Serikat.
- 1948 – Kamera Hasselblad
mulai dipasarkan.
- 1948 – Edwin H. Land
membuat kamera instan
yang pertama dengan merk Polaroid.
- 1952 – Era 3-D film
dimulai.
- 1954 – Leica M
diperkenalkan.
- 1957 – Asahi Pentax
memperkenalkan kamera SLRnya yang pertama.
- 1957 – Citra digital yang
pertama dibuat dengan komputer oleh Russell Kirsch
di U.S. National Bureau of Standards (sekarang bernama National
Institute of Standards and Technology, NIST).
- 1959 – Nikon F
diperkenalkan.
- 1959 – AGFA memperkenalkan kamera otomatis yang pertama, Optima.
- 1963 – Kodak memperkenalkan Instamatic.
- 1964 – Kamera Pentax Spotmatic
SLR diperkenalkan.
- 1973 – Fairchild Semiconductor memproduksi sensor CCD skala besar yang terdiri dari 100 baris dan 100 kolom.
- 1975 – Bryce Bayer
dari Kodak mengembangkan pola mosaic
filter Bayer
untuk CCD color image sensor.
- 1986 – Ilmuwan Kodak menemukan sensor dengan kapasitas megapiksel
yang pertama.
- 2005 – AgfaPhoto
menyatakan bangkrut. Produksi film konsumen bermerk Agfa terhenti.
- 2006 – Dalsa
membuat sensor CCD dengan kapasitas 111 megapixel, yang terbesar saat
itu.
- 2008 – Polaroid mengumumkan penghentian semua produksi produk film
instan berkaitan dengan semakin berkembangnya teknologi citra digital.
- 2009 - Kodak mengumumkan penghentian film Kodachrome.
Daftar pustaka
:
alwi, audy mirza. 2004. Foto jurnalistik, metode memotret
dan mengirimkan foto ke media massa.
soelarko. 1985. Pengantar foto jurnalistik. Bandung : PT
Karya Nusantara.