Sabtu, 24 September 2011

Macam - Macam kamera

Macam - macam kamera berdasarkan media penangkapan cahaya


Kamera Film



Jenis kamera film yang digunakan adalah dari jenis 35 milimeter, yang menjadi populer karena keserbagunaan dan kecepatannya saat memotret, karena kamera ini berukuran kecil, kompak dan tidak mencolok. Lensa kadang dapat dipertukarkan, dan kamera itu dapat memuat gulungan film untuk 36 singkapan, bahkan kadang lebih.


Jenis jenis film berdasarkan ukuran :
- Small Format (35mm)
- Medium Format (100 - 120)
- Large Format 
Angka diatas berarti ukuran diagonal film yang digunakan, setiap jenis ukuran film harus menggunakan kamera yang berbeda pula.
Jenis jenis film berdasarkan jenis bahan dan kesensitifannya :
- Film hitam putih
- Film warna 
- Film positif
- Film daylight
- Film tungsten
- Filminfra merah (sensitif terhadap panas yang dipantulkan permukaan objek)

Kamera Polaroid
kamera jenis ini memakai lembaran polaroid yang langsung memberikan gambar positif sehingga pemotret tidak perlu melakukan proses cuci cetak film.

Kamera Digital



Kamera jenis ini merupakan kamera yang dapat bekerja tanpa menggunakan film. Pemotret dapat dengan mudah menangkap suatu objek tanpa harus susah - susah membidiknya melalui jendela pandang karna kamera digital sebagian besar memang tidak memilikinya. Sebagai gantinya, kamera digital menggunakan sebuah layar LCD yang terpasang dibelakang kamera. Lebar layar LCD pada setiap kamera digital berbeda - beda. Sebagai media penyimpanan, kamera digital menggunakan internal memory ataupun external memory yang menggunakan memory card.


Macam - macam kamera berdasarkan mekanisme kerja, yaitu :
Kamera Single Lens Refleks (SLR)

Kamera ini memiliki cermin datar dengan singkap 45 derajat di belakang lensa, sehingga apa yang terlihat oleh pemotret dalam jendela pandang adalah juga apa yang akan di tangkap pada film. Umumnya kamera ini digunakan setinggi pinggang ketika dipotretkan.


Kamera instan
Istilah instan adalah dimilikinya mekanisme automatik pada kamera, sehingga berdasar pengukur cahaya (lightmeter atau fotometer), lebar diafragma dan kecepatan pemetik potret secara otomatis telah diatur.




Pembagian kamera berdasarkan teknologi viewfinder
Viewfinder memainkan peranan penting dalam penyusunan komposisi fotografi. Fotografer ahli biasanya akan lebih memilih viewfinder dengan kualitas baik dan mampu memberikan gambaran tepat seperti apa yang akan tercetak.


Kamera Saku


 Jenis yang paling populer digunakan masyarakat umum. Lensa utama tak bisa diganti,umumnya otomatis atau memerlukan sedikit penyetelan Cahaya yang melewati lensa langsung membakar medium. Kelemahan film ini adalah gambar yang ditangkap oleh mata akan berbeda dengan yang akan dihasilkan film, karena ada perbedaan sudut pandang jendela pembidik (viewfinder) dengan lensa.

Kamera TLR
Kelemahan kamera poket diperbaiki oleh kamera TLR. Jendela bidik diberikan lensa yang identik dengan lensa di bawahnya. Namun tetap ada kesalahan paralaks yang ditimbulkan sebab sudut dan posisi kedua lensa tidak sama.

Kamera SLR (Single Lens Refleks)

Pada kamera SLR, cahaya yang masuk ke dalam kamera dibelokkan ke mata fotografer sehingga fotografer mendapatkan bayangan yang identik dengan yang akan terbentuk. Saat fotografer memencet tombol kecepatan rana, cahaya akan dibelokkan kembali ke medium (atau film). lensa kamera SLR dapat diganti ganti sesuai kehendak,sangat disukai para ahli foto, atau hobby, dudukan lensa pada body kamera berbeda benda tergantung merek kamera, mulai dari lensa wide (sudut lebar), tele (jarak jauh), dan lensa normal(standard 50 mm), tersedia pula lensa zoom dengan panjang lensa bervariasi.

Daftar Pustaka :

Daftar Pustaka Gambar :

Selasa, 20 September 2011

Twins Lens Reflex




Twins Lens Refleks adalah jenis kamera dengan dua lensa. Salah satu tujuan lensa adalah fotografi (lensa yang mengambil gambar), sedangkan lainnya digunakan untuk jendela bidik sistem. Double lens refleks pertama kali dikembangkan pada tahun 1870, ini merupakan suatu evolusi menggunakan sebuah cermin refleks untuk memungkinkan melihat dari atas sehingga membuat kamera yang akan digunakan lebih mantap jika di genggam.



KEUNTUNGAN  
  • Keuntungan utama dari twins lens refleks adalah dalam kesederhanaan mekanik dibandingkan dengan kamera refleks lensa tunggal lebih umum. Single lens refleks harus menggunakan beberapa metode untuk menghalangi cahaya dari mencapai film selama fokus, baik dengan rana bidang fokus (paling umum) atau dengan cermin refleks itu sendiri. Kedua metode mekanis rumit dan menambahkan massal yang signifikan dan berat, terutama dalam medium format kamera.
  • Karena kesederhanaan mekanik mereka, kamera twins lens refleks yang jauh lebih murah daripada kamera single lens refleks kualitas optik yang sama, serta inheren kurang rentan terhadap kegagalan mekanik.
KEKURANGAN
  • Gambar dalam jendela bidik dibalik 'kiri ke kanan' yang dapat membuat membingkai foto yang sulit, terutama bagi pengguna yang belum berpengalaman atau dengan subjek yang bergerak.
  • Desain dari daun rana batas hampir semua double lens refleks ke kecepatan rana maksimum antara 1/100th dan 1/500th detik.


Daftar Pustaka :
www.wikipedia.com

sejarah fotografi

Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Dalam buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera obscura.
Beberapa abad kemudian, banyak orang yang menyadari serta mengagumi fenomena ini, beberapa diantaranya yaitu Aristoteles pada abad ke-3 SM dan seorang ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM. Ditahun 1572, karyanya diterjemahkan kedalam bahasa latin dengan judul opticae thesaurus.
Pada tahun 1558, seorang ilmuwan italia, giambattista della porta menyebut “camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar (bachtiar: 10).
Ada awal abad ke-17 seorang ilmuwan berkebangsaan Italia bernama Angelo Sala menemukan, bila serbuk perak nitrat dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Demikian pula Professor anatomi berkebangsaan Jerman, Johan Heinrich Schulse, pada 1712 melakukan percobaan dan membuktikan bahwa menghitamkan pelat chloride perak yang disebabkan oleh cahaya dan bukan oleh panas merupakan sebuah fenomena yang telah diketahui sejak abad ke-16 bahkan mungkin lebih awal lagi. Ia mendemonstrasikan fakta tersebut dengan menggunakan cahaya matahari untuk merekam serangkaian kata pada pelat chloride perak; sayang ia gagal mempertahankan gambar secara permanent.
Kemudian sekitar tahun 1800, Thomas Wedgwood, bereksperimen merekam gambar positif dari citra pada camera obscura berlensa, tapi hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi sebagaimana juga Schulse, membuat gambar negatif dengan cahaya matahari, pada kulit atau kertas putih yang telah disaputi komponen perak.
Akhirnya, pada tahun 1824, seorang seniman lithography Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamarnya, melalui proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak kabur, berhasil pula mempertahankan gambar secara permanent. Kemudian ia pun mencoba menggunakan kamera obscura berlensa, proses yang disebut ”heliogravure” pada tahun 1826 inilah yang akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.
Merasa kurang puas, tahun 1827 Niepce mendatangi desainer panggung opera yang juga pelukis, Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) untuk mengajaknya berkolaborasi. Dan jauh sebelum eksperimen Niepce dan Daguerre berhasil, mereka pernah meramalkan bahwa: “fotografi akan menjadi seni termuda yang dilahirkan zaman.”
Sayang, sebelum menunjukkan hasil yang optimal, Niepce meninggal dunia. Baru pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya: sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas mercuri (neon). Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan garam dapur dan asir suling.
Fotografi mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.
Januari 1839, penemu fotografi dengan menggunakan proses kimia pada pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis, dengan dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma. Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan.
Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat. Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 22), arsitek utama dunia fotografi modern adalah seorang pengusaha, yaitu George Eastman. Melalui perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang praktis, sejalan dengan perkembangan dalam dunia fotografi melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto.
Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada tahun yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera NIKON. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang ditemukan oleh Edwin Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film.

Daftar pustaka :
alwi, audy mirza. 2004. Foto jurnalistik, metode memotret dan mengirimkan foto ke media massa.
soelarko. 1985. Pengantar foto jurnalistik. Bandung : PT Karya Nusantara.